Tetap Sehat dan Bahagia dengan diabetes





Apakah saya tetap bisa melakukan kegiatan seperti orang 'normal' lainnya ? Apakah saya tetap bisa sehat dan bahagia? Itulah sederet pertanyaan yang mungkin sering mengusik tidur malam mereka, ataupun waktu makan mereka. Pertanyaan semacam itu wajar, karena yang didengar dan dilihat mengenai penyandang diabetes adalah orang dengan berbagai kelemahan dan keterbatasan akibat komplikasi yang dialaminya.

Sebenarnya, diabetes atau 'kencing manis' itu sendiri tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi timbulnya diabetes berikut komplikasinya-seperti kebiasaan pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, kegemukan, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi- penyakit ini dan komplikasinya bisa dicegah atau dikendalikan. Kesulitan dagnosis timbul karena kadang kadang si 'dia' datangya 'diam-diam' dan tidak disadari. Bila kondisi ini dibiarkan, hal itu akan menghanyutkan pasien ke dalam komplikasi diabetes. Oleh karena itu, mengenal tanda tanda awal penyakit diabetes, mengetahui cara menghadapinya, serta bagaimana mengelolanya merupakan modal untuk tetap sehat dan bahagia dengan diabetes.

Siapa yang berpotensi mengidap diabetes ?



Penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan usia, sehingga disebut penyakit degeneratif. Artinya, semakin bertambah usia, semakin bertambah risiko terkena diabetes. Diabetes juga merupakan penyakit yang jelas ada faktor keturunannya. Tetapi untuk munculnya diabetes, dipengaruhi faktor lain, yaitu faktor lingkungan berupa cara hidup yang tidak sehat, makan berlebihan, kurang ber olahraga, stress, serta kegemukan.

Komplikasi dapat membahayakan penyandang diabetes



Yang dikhawatirkan penyandang diabetes sebenarnya bukan diabetesnya, tetapi lebih pada komplikasinya. Komplikasi timbul bila kendali gula darahnya tidak / kurang baik untuk jangka waktu panjang. Kalau sudah terjadi komplikasi, usaha untuk mnyembuhkan ke arah normal sangatlah sulit karena kerusakan yang terjadi umumnya sudah menetap. Melihat besarnya resiko yang dihadapi, wajar bila sebagian orang dengan diabetes merasa terancam secara fisik dan jiwa. Oleh karenaya, usaha pencegahan dini komplikasi diabetes diperlukan dan diharapkan bermanfaat untuk menghindari berbagai hal yang mengkhawatirkan itu

Menghadapi dan mengelola diabetes

Sering dilupakan bahwa jiwa dan raga itu merupakan satu kesatuan utuh. Banayk orang memandang diabetes hanya dari segi fisik. Padahal, untuk penyakit yang satu ini, faktor kejiwaan sangat berperan dalam perjalanan penyakit selanjutnya. Pada awalnya, sering orang yang terkena diabetes berusaha menyangkal bahwa dirinya diabetesi. Kalaupun menerima, sering disertai rasa marah, takut, frustasi, dan bisa menjadi depresi. Bersikap emosional menghadapi penyakit serius memang wajar, dan pada keadaan tertentu sikap ini bahkan dapat membantu karena orang dengan diabetes menjadi protektif serta berhati-hati. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan kehidupan sehari-hari menjadi lebih sulit, sehingga menimbulkan kesedihan berkepanjangan. Dengan memahami problem kejiwaan yang mungkin timbul dan mengetahui cara menghadapi dan mengelola diabetes, penyandang diabetes akan mampu mengubah rasa tak berdaya menjadi rasa percaya diri, sehingga bisa tetap sehat dan bahagia hidup bersama diabetes.

Ubahlah Sudut Pandang



Alkisah suatu hari, seorang ayah muda membawa anaknya yang baru berusia sekitar 4 tahun untuk bermain di taman hiburan. Mereka sedang menantikan parade menyambyt ulang tahun taman hiburan tersebut yang akan digelar mulai petang hari. Setengah jam sebelum atraksi dimulai, sang ayah mengajak anaknya menuju tempat menunggu yang dianggap paling strategis untuk menonton parade.
Si anak bergerak kesana-sini dengan tak sabar.
"Papa, kapan mulai paradenya?" beberapa kali suara kecilnya nyaring bertanya.
"Sebentar Nak, tuh... sebentar lagi mulai. Sabar ya. " kata si ayah menenangkan anaknya.
Tidak lama, terdengar suara sirine tanda dimulainya iring-iringan parade. Drumband pun terdengar menyemarakkan suasana diikiuti dengan barisan artis dengan gaun warna-warni, kereta bunga, sepeda hias; semua indah dan seru. Tetapi si anak kecil yang tadinya berada di baris depan, terdesak ke tengah dan berakhir di pinggang gendongan ayahnya pun mulai menangis.
Si ayah dengan nada tak sabar berkata, "ssttt. Diamlah sayang. Parade sudah dimulai, kenapa kamu menangis? Lihat tuh si komodoo lewat. Eeeeehh kalau kamu terus nagis begini, lain kali papa enggak mau ngajak nonton parade lagi lho."
Tetapi si anak tidak menjawab. Malahan suara tangisanya semakin keras. Akhirnya sang ayah melepaskan gendongannya dan berjongkok untuk melepas kejengkelannya. Tiba-tiba si wayah menyadari, yang dilihat anaknya adalah kerumunan oran, panas dan kepengapan udara. Walaupun sudah digendong dipinggangnya, tetap saja kerumunan orang membuat anaknya pengap dan tidak bisa melihat parade dengan jelas. Si ayah pun segera mengangkat anaknya dan menaruh dibahunya. Karena bebas dari kepengapan udara dan kekagumannya melihat parade yang indah, isak kecilnya tak lam berubah menjadi senyum dan keceriaan.
Di perjalanan pulang, si kecil tertidur pulas dipangkuan ayannya. Si ayah pun membelai putra tunggalnya, tersenyum puas karena kualitas waktu yang bisa disisihkan untuk kebersamaan mereka dan kemampuan memperbaiki kesalahan, yang mampu mengubah tangis si kecil dengan tawa ceria.

Pembaca yang bijaksana,
Sama dengan cerita anak kecil diatas, kalau dia tidak diangkat ke atas maka tidak bisa menikmati parade dengan puas.
Dalam kehidupan kita juga sama, kalau pandangan hidup kita sempit, kerdil, pendek maka yang kita peroleh juga sama, tidak akan memuaskan.
Untuk menikmati kehidupan ini dengan maksimal dan berarti, kita perlu melatih dan memiliki pandangan hidup yang besar, tinggi, luas sehingga kita mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, susah menjadi sengan, dan meraih prestasi yang lebih baik dan lebih luar biasa lagi.

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © Kawatan Group